Hallo, Safa!
Ini postingan ketiga gue di blog ini. Jujur gue jarang nulis di sini. Gue biasa nulis di tumblr gue. Well, karena tumblr sudah di blokir oleh pemerintah, jadi gue akan mencoba nulis di sini.
Postingan kali ini gue bakal cerita sedikit tentang gue nunggu angkot buat berangkat ke sekolah waktu gue SMA. Mungkin terlihat biasa tapi ada pesannya loh haha. Gue berharap pesannya nyampe ni buat Safa. Well, Let's Chek it out.
PENANTIAN BERHARGA
Hari
itu, aku bangun seperti biasa. Jam setengah 5 pagi, aku bangun untuk solat subuh
dan siap-siap berangkat ke sekolah. Sudah beberapa bulan ini, aku tinggal
bersama tanteku dan keluarganya untuk membantu pekerjaan rumah mereka. Baju
putih abu sudah melakt di tubuhku dan jam dinding menunjukan pukul 5.40 pagi.
Aku bergegas keluar rumah sambil berteriak “aku berangkat. Assalamu alaikum”
hal ini adalah kebiasaanku saat aku keluar rumah. Entah dari kapan aku
memulainya. Tapi setiap aku berangkat aku selalu melakukan itu.
Rumah tanteku yang cukup jauh
dari sekolah membuat diriku harus berangkat lebih pagi dari biasanya.
Tranportasi yang aku gunakan adalah angkot 32 jurusan Cibinong - Pagelaran. Untuk
orang-orang cibinong, jalan baru atau bubulak sudah tidak asing dengan angkot
32 ini. Dan pasti tau bagaimana kondisi angkot 32 di pagi hari.
Aku harus berjalan sekitar lima menit
sebelum mencapai jalan raya yang dilewati angkot 32. Biasanya aku bareng omku
sampai depan tapi sepertinya hari itu lagi pada sibuk. Jadi pada berangkat
lebih pagi.
Sesampainya aku di sana.
Kepalaku menoleh ke kanan untuk memastikan ada atau tidak angkot yang sudah
dekat dengan tempat aku berdiri. Tapi sayangnya tidak ada, angkot belum
terlihat dari batas jarak pandangku. Aku pun menunggu sambil memainkan hape
nokia yang sedang lagi hits. Sesekali aku melihat dari hapeku untuk memastikan
angkot 32 datang.
Bosen dengan memainkan hape, aku
beralih melihat mobil yang lalu lalang di jalanan sambil berharap angkot 32
lewat. Tak lama aku melihat mobil berwarna biru dengan moncongnya yang khas.
Hatiku mulai senang.
Akhirnya, ada angkot juga ucapku dalam hati.
Aku pun mulai melambaikan tangan
untuk memberhentikan angkot tersebut tapi Aku langsung merasa kecewa saat
angkot itu hanya lewat begitu saja tanpa melirikku.. Aku hanya bisa menghela
nafas, Melihat keadaan angkot yang ternyata sangat penuh. Mungkin itu alasan
sang supir tidak memberhentikan mobilnya.
Sabar far masih banyak angkotnya bisiku pada diri sendiri untuk
menenangkan diri.
Tidak menunggu lama, aku sudah
bisa melihat beberapa angkot dari kejauhan. Senyuman pun mengembang di wajahku.
Senyuman itu tidak bertahan lama saat angkot-angkot tersebut hanya lewat
seperti angkot sebelumnya. Aku menghela nafas lagi, lalu menatap jam yang ada
di hapeku. Jam sudah 6.27 AM. Pikiranku mulai sedikit panik. Perjalanan menuju
sekolah memakan waktu setengah jam, sedangkan aku harus masuk jam 7 pagi. Rasanya,
Aku ingin balik lagi ke rumah dan meminta seseorang untuk mengantarku ke
sekolah tapi aku ingat, tak ada yang bisa mengantar aku karena kesibukan
masing-masing. Aku pun mencoba menenangkan dan menyakinkan diriku lagi untuk
bersabar. Mungkin kalo aku bersabar, akan ada angkot kosong yang datang.
“FAR!” panggil seseorang dari
kejauhan.
Kepalaku mencari-cari sumber
suara. Mataku tertuju pada seorang laki-laki yang sedang berhenti dipinggir
jalan bersama motornya dengan helm terbuka. Aku memastikan bahwa dirinya adalah
laki-laki yang ku kenal.
“mau bareng gak?” Tanyanya.
Aku mengambil langkah ke arahnya,
dia berhenti tidak jauh dari tempat aku menunggu angkot. Aku menatapnya serius.
Apa aku masih dalam mimpi? Tapi kaki ku merasa pegal karena terlalu lama berdiri
tanpa henti dengan bawaan di tanganku. Laki-laki dihadapanku nawarin aku
bareng?
“A Akbar?” tanyaku bodoh.
Padahal sudah jelas orang yang di hadapanku adalah a akbar. Kakak kelasku di
sekolah yang juga satu organisasi di sekolah.
“Mau bareng gak? Ayo bareng aja”
ucapnya sambil menyediakan tempat untuk penumpang di belakang motornya.
“Boleh a?” tanyaku lagi seperti
orang bodoh.
“Iya ayo naik. Nanti telat”
jawabnya.
“Okay. Maaf ya A ngerepotin”
“Ah engga kok”
Selama perjalanan ke sekolah Senyuman
terus mengembang di wajahku tanpa henti. Gimana tidak? Kakak kelas yang aku
suka nawarin berangkat bareng. Ternyata, jika menunggu dengan sabar, insya
Allah, Allah akan membalasnya dengan kebaikan yang tak terduga. Walau kadang
menunggu menyakitkan tapi jika menunggu dengan sabar dan ikhlas hasilnya tidak
akan membuat menyesal.
Komentar
Posting Komentar